Kamis, 26 September 2013

SEJARAH ASAL MUASAL DESA CIBOGOR



SEJARAH ASAL MUASAL DESA CIBOGOR


Awal cerita bermula di daerah wilayah pesisir pantai samudera Hindia, ada sebuah kerajaan bernama Pulo Emas. Di Pulo Emas pada tahun 1421 M di pimpin  seorang raja bernama ki Ageng Jala Raswan bersama sang permaisurinya bernama  Dewi Ratna Sukewi dan memiliki seorang putri bernama Dewi Lohbaya, yang pada saat itu kedatangan seorang pemuda dari Mesir yang tersesat di wilayah tersebut yang bernama Raden Hidayat Sarif, yang akhirnya di nikahkan dengan putri Dewi lohbaya, setahun kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang di beri nama Raden Sancang Komara. Setelah Raden Sancang Komara menginjak usia 18 tahun, tersiar berita bahwa di sebuah kerajaan di seberang sungai Cimanuk yang bernama Kerajaan Wanayasa Jatiwangi yang di Rajai oleh Prabu Tirtayasa mempunyai seorang putri yang sangat cantik jelita yang bernama Nyimas Ratu Ayu Runday Kasih, tergerak hatinya dengan rasa penasaran yang amat sangat ingin menjadikanya sebagai seorang isteri atau permaisurinya. Hingga keinginan tersebut di utarakan kepada sang raja yang merupakan kakeknya sendiri Ki Ageng Jala Raswan, mendengar hal tersebut, bukannya gembira malah Ki Ageng Jala Raswan Menjadi murka dan tidak setuju dengan keinginan cucunya tersebut, karena kerajaan itu berada di seberang sungai Cimanuk yang merupakan pantangan atau tabu untuk di lewati. Tetapi Raden Sancang Komara tidak mendengar dan menuruti kemauan sang kakek dan akhirnya terjadi pertengkaran dengan sang kakek hingga terjadi pertumpahan darah, pada saat itu Raden Sancang Komara memiliki sebuah pusaka sakti berupa sarung keris atau warangka keris Duruwiksa, di pukulah sang kakek denga pusaka tersebut hingga mengakibatkan jatuh tak berdaya dan akhirnya meninggal, namun sebelum meninggal Ki ageng Jala Raswan sempat mengutuk cucunya tersebut dengan kata-kata bahwa Raden Sancang Komara Boleh pergi ke kerajaan Wanayasa asal jangan Sindang (mampir), dan apabila Sindang maka akan Ngaranca Bolang (durhaka) dan mati mejadi seekor Buaya Putih bernama Si Gandaru, tetapi sama sekali tidak di hiraukan oleh Raden Sancang Komara.
Kemudian Raden Sancang Komara pergi kearah selatan menuju  kerajaan Wanayasa Jatiwangi, dalam perjalananya sampailah ditepian sungai Cimanuk, ketika akan menyebrang sungai dia bertemu dengan Patih Wilagora yang mengejar untuk menghalangi maksud dan tujuan Raden Sancang Komara, terjadilah pertarungan yang sengit diantara keduanya, karena Raden Sancang Komara masih memiliki pusaka warangka keris Duruwiksa, patih Wilagora pun kalah tarung dan akhirnya menjadi pengikut Raden Sancang Komara dalam perjalanannya.
Tahun 1442 M Raden Sancang Komara bersama Patih Wilagora entang-entangan (berlayar) di sungai Cimanuk yang pada akhirnya daerah tersebut dinamakan Rentang, sampailah mereka berdua di sebrang sungai  Cimanuk karena kelelahan merekapun nyindang (berhenti mampir) untuk istirahat dan tempat tersebut sekarang dinamakan Pasindangan, dan karena sindang Raden Sancang Komara telah memenuhi kutukan kakeknya yaitu ngaranca bolang (durhaka) yang kemudian menjadi nama daerah  di sebelah utara Pasindangan yang bernama Ranca Bolang. Setelah beristirahat perjalanpun dilanjutkan kearah timur hingga pada tahun 1445 M sampailah di hutan belantara yang banyak pohon aren (kawung) yang disebut Tegal Jajar Panawungan yang di sana sudah ada sebuah pertapaan (padepokan) yang di pimpin oleh seorang pertapa yang bernama Ki Ajar Puad dengan isterinya bernama Dewi Ratna Panalis yang merupakan keturunan kerajaan Wanayasa jatiwangi, karena daerah itupun merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Wanayasa Jatiwangi, Ki Ajar Puad memilki seorang anak perempuan yang bernama Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan yang mulai menginjak usia dewasa. Pada saat itu Raden Sancang Komara Ingin memperdalam ilmunyadan berkenan menjadi murid ki Ajar Puad, setelah  Raden Sancang Komara memperkenalkan dirinya bahwa berasal dari keturunan kerajaan Pulo Emas yang merupakan putra dari Raden Hidayat Sarif, selama kurun waktu 2 tahun Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan merasa tertarik hati oleh ketampanan dan kegagahan Raden Sancang Komaradan mengharapkan untuk dijadikan suaminya. Akhirnya dengan berat hati untuk membalas budi baik Ki Ajar Puad pada tahun 1447 M Raden Sancang Komara bersedia menikah dengan Nyi mas Dewi Ratna Ayu Kaputihan, walaupun dalam hatinya hanya mencintai puteri Nyimas Ratu Ayu Runday Kasih Putri kerajaan Wanayasa Jatiwangi, karena tidak mencintai Nyi mas Dewi Ratna Ayu Kaputihan hingga Rumah Tangganya Tidak Harmonis dan tidak mau tidur bersama, hingga Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan merasa terhina dan di lecehkan, dan terjadilah pertengkaran dan perkelahian, Dewi Ratna Ayu menggenggam sebuah Pusaka sakti keris Duruwiksa sedang Raden Sancang Komara bersenjatakan Warangkanya (sarung Keris), akhirnya kalahlah Raden Sancang Komara oleh Isterinya. Melihat Raden Sancang Komara jatuh tak berdaya kalah tarung oleh isterinya, Patih Wilagora segera menghampirinya dan menasehatinya untuk membuat sebuah tipu daya agar berpura-pura mau melayani isterinya dengan baik, dengan tujuan mengambil pusaka keris Duruwiksa yang dimiliki isterinya, setelah dirayu sedemikian rupa akhirnya hati sang isteripun luluh, dan mau kembali menerima Raden Sancang Komara sebagai suaminya lagi, selang beberapa waktu setelah merasa yakin akan kesetiaan suaminya, dan Raden Sancang Komara meminta pusaka keris Duruwiksa, di berikanlah pusaka tersebut oleh Nyimas Dewi Ratna Kaputihan kepada suaminya Raden Sancang Komara. Setelah Pusaka Keris Duruwiksa berada dalam genggamannya Raden Sancang Komara berniat membunuh Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan dan di ayunkanlah pusaka keris Duruwiksa tersebut ke tubuh Dewi Ratna Ayu Kaputihan, namun sebelum mengenai tubuh Dewi Ratna Ayu Kaputihan  tiba-tiba Dewi Ratna Ayu Kaputihan menghilang tanpa bekas. Karena merasa tidak berhasil membunuh isterinya raden Sancang Komara murka dan mengamuk mengayun kan senjatanya membabi buta. Pada saat itu seluruh isi pertapaan menghilang termasukki Ajar Puad dan Isterinya bersama seluruh anak muridnya yang lain, dan tempat itu menjadi gelap gulita, sementara Raden Sancang Komara terus Mengamuk membabat seluruh isi hutan kawung dan keris tersebut mengenai pohon-pohon kawung yang sedang berbunga, merasa senjatanya yang di ayunkan dalam keadaan gelap mengenai sesuatu yang di sangkanya mengenai tubuh isterinya Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan, ternyata ketika tangannya meraba air yang keluar dari pohon kawung (bogor) dia pun berkata “aku salah, kukira darah nyimas Dewi ratna Ayu Kaputihan rupanya cuma CAI BOGOR (cai Kawung)”, yang di kemudian hari daerah tersebut dinamakan  “CIBOGOR”, Pada saat itu terdengar suara Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan  yang mengutuk Raden Sancang Komara yang tidak tahu Terima kasih bahwa pada saat nanti terjadi peperangan dengan kesatria dari kerajaan Giri Lawungan (Majalengka) maka akan kalah dan menjadi seekor buaya putih Sigandaru. Raden Sancang Komara Kembali tidak menghiraukan  kutukan dari Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan dan melanjutkan perjalanannya menuju kerajaan Wanayasa Jatiwangi.
Tahun 1501 M Raden Sancang Komara sampai di kerajaan Wanayasa Jatiwangi, dan mengemukakan keinginannya  di hadapan sang raja Prabu Tirta yasa untuk menikahi puterinya Nyimas Ratu Ayu Runday Kasih, tetapi keinginan Raden sancang Komara mendapat penolakan dari sang raja Prabu Tirtayasa dan putrinya karena Nyimas Ratu Ayu  Runday Kasih telah di pinang oleh Raden Wira Denta dari Giri Lawungan. Karena maksudnya tidak kesampaian maka Raden Sancang Komara marah dan menantang bertarung, terjadilah pertarungan sengit dengan senopati dari kerajaan Wanayasa yang bernama Lontarjaya, akhir dari pertarungan sengit itu Raden Sancang Komara  kalah dan dilemparkan jauh kemudian jatuh di Alas Kumbang dan berjumpalah dengan Raden Wira Denta yang tidak lain calon suami Nyimas Ratu Ayu Runday Kasih maka terjadilah pertarungan kembali antara keduanya, Raden Sancang Komara yang masih dalam keadaan lemah tidak dapat menandingi kesaktian Raden Wira Denta dan pada saat itu pula kutukan Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan menjadi kenyataan. dia dilemparkan oleh Raden Wira Denta ke sungai Cimanuk dan berubah wujud menjadi seekor buaya putih bernama Sigandaru, dan pada saat itu pula Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan kembali menampakan dirinya dan pulang menuju tempatnya  di Tegal Jajar Panawungan yang sudah rata dengan tanah akibat amukan Raden Sancang Komara, yang kemudian dinamai “CIBOGOR” oleh Nyimas Dewi Ratna ayu Kaputihan mengambil nama air yang keluar dari tangkai  bunga kawung (CAI BOGOR) dan karena kecewa dengan pernikahannya yang terdahulu diapun tidak mau menikah lagi sampai akhir hayatnya, beliau pun meninggal dikubur di dekat sebuah kali bernama kali cipari dan makamnya di beri nama makam buyut “MUNGKAR” yang artinya mungkur atau menyingkir dari keramaian, karena seharusnya beliau hidup dan tinggal di kerajaan Wanayasa Jatiwangi tetapi lebih memilih tinggal, mati dan di kuburkan di tempat sepi perkampungan baru yang beliau berinama sendiri dengan nama “CIBOGOR”, dan juga beliau bermaksud menghindar dari berperang dengan kerajaan Sumedang Larang.
Adapun setelah Nyimas Dewi Ratna ayu Kaputihan pulang ke Tegal Jajar Panawungan (Cibogor), Prabu Tirtayasa mengutus beberapa utusan untuk meminta Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan kembali ke kerajaan Wanayasa Jatiwangi, namun di tolak secara halus oleh Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan Dengan memilih untuk tetap tinggal dan menetap di Cibogor, mengetahui ajakannya di tolak secara halus  Prabu Tirtayasa menyuruh utusannya untuk menemani Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan tinggal di cibogor, bertujuan juga untuk menghalangi  dari pengaruh kerajaan Sumedang Larang yang  pada saat itu tengah berperang denga kerajaan Giri Lawungan (Majalengka)  . Pada tahun 1821 M jumlah penduduk Di Cibogor  sudah mengalami peningkatan sehingga sudah dirasakan perlu di buat menjadi sebuah desa dengan demikian perlu mengangkat seorang pemimpin maka dipilihlah tetua adat (Kasepuhan) bernama Bapak Nuri untuk menjadi kuwu pertama didesa Cibogor sebagai pemimpinnya sampai pada tahun 1843 M.Diteruskan oleh Bapak BARUNG dari tahun 1843-1862.Diteruskan oleh Bapak TANEK dari tahun 1862-1880.Diteruskan oleh Bapak ANDRES dari tahun 1880-1897. Diteruskan oleh Bapak KESTI dari tahun 1897-1915. Diteruskan oleh Bapak SUTADIPRADJA dari tahun 1915-1918.Diteruskan oleh Bapak HARUN KARYAPRADJA dari tahun 1918-1940.Diteruskan oleh Bapak OMO K NATASASMITA dari tahun 1940-1965. Diteruskan oleh Bapak M.TARDJI dari tahun 1965-1984.Diteruskan oleh Bapak SYAMSI dari tahun 1984-1988 sebagai Pejabat Kepala Desa. Diteruskan oleh Bapak UHA SUHARI dari tahun 1988-1998.Diteruskan oleh Bapak SUSILO SISWOYO dari tahun 1998-2008.  
Dan sekarang dipimpin oleh Bapak RAEDI dari tahun 2008 sampai sekarang dengan dibantu oleh Perangkat Desa ,antara lain : Bapak TAHIM SUTARYA sebagai SekDes,Bapak WARTOYO sebagai Kaur Pemerintahan, Bapak KARYA sebagai Kaur Keuangan,Bapak CASWIN sebagai Kaur EkBang,Bapak JOJO JOHARI sebagai Kaur Umum,Bapak RAHMAT sebagai Kaur Kesra dan  Bapak ENDI SONJAYA sebagai Kadus.
Itulah sepenggal cerita sejarah asal muasal desa cibogor, yang di ambil dari beberapa cerita nara sumber yang bisa di percaya, di antaranya bapak Epon sesepuh Cibogor  jaman dulu, bapak raksabumi Warpan yang langsung  melihat ceritanya dari sejarah jatiwangi berdasarkan KITAB BUKU LONTARJAYA yang ada di BUK [kotak pusaka] Desa Jatiwangi, dan masih banyak lagi. Semoga sejarah ini bisa memperkaya  pengetahuan kita tentang desa kita dan menimbulkan rasa cinta terhadap tanah air.

10 komentar:

  1. Balasan
    1. teh tau makam nya buyut mungkar ga? alamat lengkapnya dimana ya?

      Hapus
  2. 19 tahun baru tau asal usul cibogor ����

    BalasHapus
  3. mau tanya gan makam buyut mungkar atau Nyimas Dewi Ratna Ayu Kaputihan itu dimana ya? please reply..

    BalasHapus
  4. Buyut mungkar alamatnya di Blok Sabtu RT/RW : 002/001 Desa Cibogor Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka

    BalasHapus
  5. Buyut mungkar adalah salah satu situs sejarah di Desa Cibogor, selain itu ada juga Buyut Warti yang juga merupakan silsilah keturunan dari talaga Majalengka

    BalasHapus
  6. Klo buyut bodeh sama ranteg silsilahnya gmna om?

    BalasHapus
  7. Raksabumi warpan atau Arpan yah

    BalasHapus